Bunga terbesar di dunia, Rafflesia arnoldii, yang banyak terdapat di Pulau Sumatera masih minim perhatian. Padahal, flora langka itu kini sedang dalam masa kepunahan.
Demikian disampaikan dosen Kehutanan Universitas Bengkulu, Dr Agus Susetya, ketika melihat bongkol bunga rafflesia di Hutan Lindung Bukit Daun, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu. ”Di dunia, bunga rafflesia sekarang masuk dalam kategori terancam punah. Namun, menurut saya justru sedang dalam masa kepunahan,” kata Agus.
Menurut Agus yang juga penemu Rafflesia bengkuluensis tahun 2005 itu, proses kepunahan rafflesia disebabkan beberapa hal. Pertama, reproduksinya yang sulit dan penyebarannya yang masih misteri. Kedua, perhatian pemerintah minim. Pemerintah memang telah memasukkan rafflesia ke dalam flora langka yang dilindungi. Namun, personel di lapangan yang menegakkan aturan itu kurang.
Akibatnya, rafflesia terancam punah karena habitatnya yang terus dirambah. ”Isu perlindungan puspa langka mungkin tidak sepopuler dan seseksi seperti perlindungan fauna, sehingga perhatian pemerintah maupun lembaga internasional kurang. Peneliti rafflesia di Indonesia saja bisa dihitung jari,” tuturnya.
Sebagai perbandingan, dalam lima tahun terakhir Filipina telah menemukan lima jenis rafflesia baru. Di Indonesia, hanya ada tiga penemuan jenis rafflesia baru dalam waktu hampir 30 tahun terakhir. Ketiga jenis itu yakni Rafflesia bengkuluensis, Rafflesia lawangensis, dan Rafflesia maejerii.
Itu sebabnya kini Filipina mengklaim diri sebagai pusat penyebaran rafflesia. Padahal, dari sekitar 25 jenis rafflesia di dunia, 14-15 jenis di antaranya berada di Indonesia, dan 11 di antaranya ada di Sumatera. Di Bengkulu sendiri terdapat empat jenis, yaitu Rafflesia arnoldii, Rafflesia haseltii, Rafflesia gadutensis, dan Rafflesia bengkuluensis.
Bongkol raflesia |
Bunga terbesar di dunia Rafflesia arnoldii yang kerap tumbuh di hutan di Provinsi Bengkulu, rawan perusakan oleh masyarakat yang tidak peduli dengan puspa langka Indonesia itu.
Padahal, jika dikelola dengan baik rafflesia yang tumbuh di habitat aslinya, berpotensi menjadi daya tarik ekoturisme yang memberi nilai ekonomi.
Ketua Lembaga Peduli Puspa Langka dan Lingkungan Kabupaten Kepahiang, Bengkulu, Holidin, mengatakan, minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan menjadi penyebab masih adanya kasus perusakan rafflesia dan tanaman inangnya, Tetrastigma.
Selain itu, adanya kepercayaan bahwa rafflesia bisa dijadikan obat membuat risiko perusakan semakin tinggi. "Pernah ada orang yang melihat rafflesia mekar di Hutan Lindung Bukit Daun Register 5 bersama saya, bilang bahwa rafflesia memiliki khasiat sebagai obat malaria dan kanker," kata Holidin.
Bongkol raflesia |
Di samping itu, di daerah Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, ada pula inang rafflesia berdiameter 2-3 sentimeter yang ditebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya..